Dari seluruh semesta,
hanya Engkau saja yang kupilih,
Apakah Engkau akan membiarkanku
duduk bersedih?
Hatiku bagaikan pena,
dalam genggaman tanganmu.
Engkaulah sebab gembiraku,
atau sedihku.
Kecuali yang Engkau kehendaki,
apakah yang kumiliki?
Kecuali yang Engkau perlihatkan,
apakah yang kulihat?
Engkaulah yang menumbuhkanku:
ketika aku sebatang duri,
ketika aku sekuntum mawar;
ketika aku seharum mawar,
ketika duri-duriku dicabut.
Jika Engkau tetapkan aku demikian,
maka demikianlah aku.
Jika Engkau kehendaki aku seperti ini,
maka seperti inilah aku.
Di dalam wahana tempat Engkau mewarnai jiwaku,
siapakah aku?
apakah yang kusukai?
apakah yang kubenci?
Engkaulah yang Awal, dan kiranya, Engkau
akan menjadi yang Akhir;
jadikanlah akhirku lebih baik,
daripada awalku.
Ketika Engkau tersembunyi,
aku seorang yang kufur;
Ketika Engkau tampak,
aku seorang yang beriman.
Tak ada sesuatupun yang kumiliki,
kecuali yang Engkau anugerahkan;
Apakah yang Engkau cari,
dari hati dan wadahku?
Wajahmu - Rumi
Mungkin kau berencana pergi,
seperti ruh manusia
tinggalkan dunia membawa hampir semua
kemanisan diri bersamanya
Kau pelanai kudamu
Kau benar-benar harus pergi
Ingat kau punya teman disini yang setia
rumput dan langit
Pernahkah kukecewakan dirimu ?
Mungkin kau tengah marah
Tetapi ingatlah malam-malam
yang penuh percakapan,
karya-karya bagus,
melati-melati kuning di pinggir laut
Kerinduan, ujar Jibril
biarlah demikian
Syam-i Tabriz,
Wajahmu adalah apa yang coba diingat-ingat lagi oleh setiap agama
Aku telah mendobrak kedalam kerinduan,
Penuh dengan nestapa yang telah kurasakan sebelumnya
tapi tiada semacam ini
Sang inti penuntun pada cinta
Jiwa membantu sumber ilham
Pegang erat sakit istimewamu ini
Ia juga bisa membawamu pada Tuhan
Tugasku adalah membawa cinta ini
sebagai pelipur untuk mereka yang kangen kamu,
untuk pergi kemanapun kau melangkah
dan menatap lumpur-lumpur
yang terinjak olehmu
muram cahaya mentari,
pucat dinding ini
Cinta menjauh
Cahayanya berubah
Ternyata ku perlu keanggunan
lebih dari yang kupikirkan
Mungkin kau berencana pergi,
seperti ruh manusia
tinggalkan dunia membawa hampir semua
kemanisan diri bersamanya
Kau pelanai kudamu
Kau benar-benar harus pergi
Ingat kau punya teman disini yang setia
rumput dan langit
Pernahkah kukecewakan dirimu ?
Mungkin kau tengah marah
Tetapi ingatlah malam-malam
yang penuh percakapan,
karya-karya bagus,
melati-melati kuning di pinggir laut
Kerinduan, ujar Jibril
biarlah demikian
Syam-i Tabriz,
Wajahmu adalah apa yang coba diingat-ingat lagi oleh setiap agama
Aku telah mendobrak kedalam kerinduan,
Penuh dengan nestapa yang telah kurasakan sebelumnya
tapi tiada semacam ini
Sang inti penuntun pada cinta
Jiwa membantu sumber ilham
Pegang erat sakit istimewamu ini
Ia juga bisa membawamu pada Tuhan
Tugasku adalah membawa cinta ini
sebagai pelipur untuk mereka yang kangen kamu,
untuk pergi kemanapun kau melangkah
dan menatap lumpur-lumpur
yang terinjak olehmu
muram cahaya mentari,
pucat dinding ini
Cinta menjauh
Cahayanya berubah
Ternyata ku perlu keanggunan
lebih dari yang kupikirkan
Hari ini kulihat Sang Tercinta, seri semarak segala perkara itu
Ia lepas menuju ke langit bagai ruh Mustafa.
Karena wajah-Nya, matahari menjadi malu, daerah langit terharu-biru sekacau kalbu
lantaran cerlangnya, air dan tanah lempung lebih bercahaya dari api menyala.
Aku berkata, “Berikan padaku tangga, agar aku dapat naik ke langit pula.” Jawab-Nya, “kepalamu ialah tangga; purukkan kepalamu lebih rendah dari kakimu.
Bila kautempatkan kakimu lebih tinggi dari kepalamu, maka kakimu akan berada di atas kepala bintang-bintang; bila kau menyibak angkasa, injakkan kakimu di angkasa, nah, mulailah!
Seratus jalan ke angkasa—langit pun menjadi jelas bagimu; membubunglah kau di setiap samar fajar ke langit raya, bagai sebuah doa.
Ketika Diusung Kerandaku - Rumi
Ketika diusung kerandaku di hari kematian,
janganlah menyangka hatiku berada di alam-dunia ini.
Janganlah menangisiku, dan menjerit,
"kemalangan,kemalangan!"
Bisa-jadi malah engkau terjatuh kedalam jebakan syaithan:
itu baru kemalangan.
Ketika engkau lihat jenazahku, janganlah
engkau berseru, "perpisahan, perpisahan!"
Pertemuan dan penyatuan adalah milikku saat itu.
Ketika engkau masukkan aku ke liang lahat, janganlah
engkau ucapkan, "selamat tinggal, selamat tinggal!"
Karena kubur bagiku hanyalah selembar hijab, yang
menyembunyikan pelukan al-Jannah.
Setelah diturunkan ke lubang, tataplah kebangkitan;
Tidaklah ditenggelamkan itu menyakiti matahari dan rembulan.
Tampak bagimu ia tenggelam, padahal itu suatu kebangkitan:
Bagimu kubur adalah penjara, padahal itu pembebasan jiwa.
Bukankah bibit ditanamkan ke dalam bumi agar ia tumbuh?
Mengapa engkau ragukan harkat bibit insan?
Bukankah timba diturunkan, agar ia muncul-kembali:
penuh berisi air?
Tidaklah Yusufnya-jiwa itu perlu mengeluhkan sumur.
Katupkanlah mulutmu di sisi-sebelah-sini, dan
bukalah di sisi-sebelah-sana,
Karena di semesta-tak-bertempat akan berkumandang
lagu kemenanganmu.
Ketika diusung kerandaku di hari kematian,
janganlah menyangka hatiku berada di alam-dunia ini.
Janganlah menangisiku, dan menjerit,
"kemalangan,kemalangan!"
Bisa-jadi malah engkau terjatuh kedalam jebakan syaithan:
itu baru kemalangan.
Ketika engkau lihat jenazahku, janganlah
engkau berseru, "perpisahan, perpisahan!"
Pertemuan dan penyatuan adalah milikku saat itu.
Ketika engkau masukkan aku ke liang lahat, janganlah
engkau ucapkan, "selamat tinggal, selamat tinggal!"
Karena kubur bagiku hanyalah selembar hijab, yang
menyembunyikan pelukan al-Jannah.
Setelah diturunkan ke lubang, tataplah kebangkitan;
Tidaklah ditenggelamkan itu menyakiti matahari dan rembulan.
Tampak bagimu ia tenggelam, padahal itu suatu kebangkitan:
Bagimu kubur adalah penjara, padahal itu pembebasan jiwa.
Bukankah bibit ditanamkan ke dalam bumi agar ia tumbuh?
Mengapa engkau ragukan harkat bibit insan?
Bukankah timba diturunkan, agar ia muncul-kembali:
penuh berisi air?
Tidaklah Yusufnya-jiwa itu perlu mengeluhkan sumur.
Katupkanlah mulutmu di sisi-sebelah-sini, dan
bukalah di sisi-sebelah-sana,
Karena di semesta-tak-bertempat akan berkumandang
lagu kemenanganmu.
0 komentar:
Posting Komentar