Apakah karena mengingat para kekasih di Dzi Salam.
Kau campurkan air mata di pipimu dengan darah.
Ataukah karena angin berhembus dari arah Kazhimah.
Dan kilat berkilau di lembah Idlam dalam gulita malam.
Mengapa bila kau tahan air matamu ia tetap basah.
Mengapa bila kau sadarkan hatimu ia tetap gelisah.
Apakah sang kekasih mengira bahwa cinta itu bisa disembunyikan
Diantara air mata yang mengucur dan hati yang bergelora.
Jika bukan karena cinta takkan kau tangisi puing rumahnya.
Tak mungkin kau begadang untuk ingat pohon Ban dan ‘Alam.
Dapatkah kau pungkiri cinta, sedang air mata dan derita.
Telah bersaksi atas cintamu dengan jujur tanpa dusta.
Kesedihanmu timbulkan dua garis tangis dan badan yang kurus .
Bagaikan bunga kuning di kedua pipi dan mawar merah.
Memang bayangan kekasih telah membuatku terjaga.
Tak hentinya cinta membalik kenikmatan menjadi derita.
Maafku untukmu wahai para pencaci gelora cintaku.
Seandainya kau bersikap adil takkan kau cela aku.
Kini kau tahu keadaanku, pendusta pun tahu rahasiaku.
Padahal tidak juga kunjung sembuh penyakitku.
Begitu tulus nasihatmu tapi tak kudengar semuanya.
Karena untuk para pencaci, telinga sang pecinta menjadi tuli.
Aku kira ubanku pun turut mencelaku.
Padahal ubanku pastilah tulus memperingatkanku.
Sungguh hawa nafsuku tetap bebal tak tersadarkan.
Sebab tak mau tahu peringatan uban dan kerentaan.
Tidak pula bersiap dengan amal baik untuk menjamu.
Sang uban yang bertamu di kepalaku tanpa malu-malu.
Jika kutahu bahwa aku tak menghormatinya.
Kan kusembunyikan dengan semir rahasia ketuaanku itu.
Siapakah yang mengembalikan nafsuku dari kesesatan.
Sebagaimana kuda liar dikendalikan dengan tali kekang.
Jangan kau tundukkan nafsumu dengan maksiat.
Sebab makanan justru perkuat nafsu dari si rakus.
Nafsu bagai bayi, bila kau biarkan akan tetap menyusu.
Bila kau sapih ia akan tinggalkan menyusu itu.
Maka berpalinglahlah dari nafsumu, jangan biarkan ia berkuasa.
Jika kuasa ia akan membunuhmu dan membuatmu cela
Gembalakanlah ia, ia bagai ternak dalam amal budi.
Janganlah kau giring ke ladang yang ia sukai.
Kerap ia menggoda manusia dengan kelezatan yang mematikan.
Tanpa ia tahu bahwa di dalamnya ada racun mematikan.
Waspadalah atas semua godaan, baik ketika lapar maupun kenyang
Kerap rasa lapar itu lebih jahat dibanding rasa kenyang
Tumpahkanlah air mata atas keharaman yang memenuhinya
Tetaplah menyesali dosa-dosa
Perangilah nafsu dan syetan dan lawanlah keduanya
Jika keduanya terus merayu dengan nasehat, maka curigalah
Jangan pernah tunduk pada keduanya baik sebagai musuh maupun wasit
Sebab engkau tahu kelicikan lawan dan wasit
Kumohon ampunan Allah karena bicara tanpa berbuat.
Kusamakan itu dengan keturunan bagi orang mandul.
Kuperintahkan engkau suatu kebaikan yang tak kulakukan.
Tidak lurus diriku maka tak guna kusuruh kau lurus.
Aku tak berbekal untuk matiku dengan ibadah sunnah.
Tiada aku dan puasa kecuali hanya yang wajib saja.
Kutinggalkan sunnah Nabi yang sepanjang malam.
Beribadah hingga kedua kakinya bengkak dan kram.
Nabi yang karena lapar mengikat pusarnya dengan batu.
Dan dengan batu mengganjal perutnya yang halus itu.
Kendati gunung emas menjulang menawarkan dirinya.
Ia tolak permintaan itu dengan perasaan bangga.
Butuh harta namun kezuhudannya menolaknya
Kendati butuh pada harta, tidaklah ia merusak kesuciannya.
Muhammadlah pemimpin dunia akherat.
Pemimpin jin dan manusia, bangsa Arab dan non Arab.
Nabilah pengatur kebaikan pencegah mungkar.
Tak seorang pun setegas ia dalam berkata ya atau tidak.
Dialah kekasih Allah yang syafaatnya selalu diharap.
Dari tiap ketakutan dan bahaya yang datang menyergap.
Dia mengajak kepada agama Allah yang lurus.
Mengikutinya berarti berpegang pada tali yang tak terputus.
Dia mengungguli para Nabi dalam budi dan rupa.
Tak sanggup mereka menyamai ilmu dan kemuliaannya.
Para Nabi semua meminta dari dirinya.
Seciduk lautan kemuliaannya dan setitik hujan ilmunya.
Para Rasul sama berdiri di batas kemampuan mereka.
Mengharap setitik ilmu atau seonggok hikmahnya.
Dialah Rasul yang sempurna jiwa dan raganya
Terpilih sebagai kekasih Allah pencipta manusia.
Dalam kebaikanya, tak seorang pun menyaingi.
Inti keindahannya takkan bisa terbagi-bagi.
Jauhi ajaran agama Nasrani tentang Nabi mereka
Tetapkan bagi Muhammad pujian apapun kau suka.
Nisbatkan kepadanya segala kemuliaan sekehendakmu.
Dan nisbatkan pada martabatnya segala keagungan yang kau mau.
Karena keutamaannya sungguh tak terbatas.
Hingga tak satupun mampu mengungkapkan dengan kata.
Jika mukjizatnya menyamai keagungan dirinya.
Niscaya hiduplah tulang belulang dengan disebut namanya.
Tak pernah ia uji kita dengan yang tak diterima akal.
Dari sangat cintanya, hingga tiada kita ragu dan bimbang.
Seluruh makhluk sulit memahami hakikat Nabi.
Dari dekat atau jauh, tak satu pun yang mengerti.
Bagaikan matahari yang tampak kecil dari kejauhan.
Padahal mata tak mampu melihatnya bila berdekatan.
Bagaimana seseorang dapat ketahui hakikat Sang Nabi
Padahal ia sudah puas bertemu dengannya dalam mimpi
Puncak Pengetahuan tentangnya ialah bahwa ia manusia
Dan ia adalah sebaik-baik ciptaan Allah
Segala mukjizat para Rasul mulia sebelumnya
Hanyalah pancaran dari cahayanya kepada mereka
Dia matahari keutamaan dan para Nabi bintangnya
Bintang hanya pantulkan sinar mentari menerangi gulita
Alangkah mulia paras Nabi yang dihiasi pekerti
Yang memiliki keindahan dan bercirikan wajah berseri
Kemegahannya bak bunga, kemuliaannya bak purnama
Kedermawanannya bak lautan, kegairahannya bak sang waktu
Ia bagaikan manusia yang tiada taranya dalam keagungan
Ketika berada di sekitar pembantunya dan di tengah pasukan
Bagai mutiara yang tersimpan dalam kerangnya
Dari kedua sumber, yaitu ucapan dan senyumannya
Tiada keharuman melebihi tanah yang mengubur jasadnya
Beruntung orang yang menghirup dan mencium tanahnya
(Terjemahan Syair Burdah Karya Al-Imam Al-Bushiri)