“Dan orang orang-orang yang menjaga shalatnya. Mereka itu dimuliakan di dalam surga.” (Al-Maarij: 34-35)
Shalat
menjadi keutamaan dalam Islam. Shalat bukan sebatas ritual wajib lima
waktu dan 17 rakaat dalam sehari. Shalat adalah ibadah paling mulia yang
diperintahkan Allah Swt kepada umat manusia agar terhindar dari
perbuatan keji dan munkar.
Karena itu, yang terpenting dalam
shalat bukan sebatas melaksanakan, tetapi mendirikan. Melaksanakan
sebatas mengerjakan ritual keagamaan tanpa memiliki kesadaran dan
pemahaman mendalam terhadap makna shalat. Mendirikan dibangun dengan
landasan kesadaran akan dekatnya Allah Swt.
Kesadaran
membangkitkan kecintaan dalam menjalankan perintah-perintah Allah Swt
dan menjauhi larangan-Nya. Jadi Quran surah Al-Ankabut ayat 45 berbunyi
“Sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan keji dan munkar,”
benar-benar meresap ke dalam hati.
Dari sini diketahui bahwa
perintah shalat bukan hanya sekadar melakukan gerakannya saja, melainkan
lebih dari itu. Benar shalat adalah gerakan badan dan bacaan yang
tertentu terdiri dari berdiri, duduk, ruku, sujud, tasbih, tahmid dan
sebagainya. Akan tetapi yang mendatangkan pahala adalah yang mendirikan
shalat disertai kehadiran hati di dalamnya.
Ini yang membedakan
antara orang-orang melakukan shalat. Meski zhahirnya gerakan-gerakan dan
waktunya sama tetapi ia akan berbeda dan bertingkat-tingkat di dalam
menghadirkan hati dan kekhusyukan.
Di dalam mendirikan shalat
terdapat pemenuhan terhadap naluri manusia yaitu butuh, lemah, suka
meminta, mengharapkan perlindungan, berdoa, munajat dan menyerahkan
segala urusan kepada yang lebih kuat, penyayang, penyantun dan lebih
sempurna.
Alquran secara tegas memerintahkan seseorang untuk
selalu minta pertolongan di antaranya adalah dengan shalat. Hal ini
dapat dilihat pada firman Allah Swt Quran surah Al Baqarah ayat 45,
“Mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya ia
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu”.
Ayat ini
berbicara mengenai sifat dan keadaan manusia yang memiliki sifat cepat
berkeluh-kesah. Ketika mendapatkan keburukan dan kebaikan selalu ada
respon negatif. Tetapi ada di antara manusia yang dikecualikan oleh
Allah yaitu orang-orang yang shalat.
Shalat juga menjadi bukti
nyata akan kesyukuran dan penghambaan diri kepada-Nya. Oleh karena itu
orang yang mendirikan shalat bagaikan ikan yang tidak bisa hidup kecuali
di dalam air, maka apabila ia keluar dari air ia sangat membutuhkannya
dan ingin sekali lari kembali ke dalamnya.
Betapa banyak dan
besar urgensi shalat yang disebutkan dalam Quran. Dalam berbagai
ayatnya, Quran telah menerangkan keutamaan dan buah yang akan didapatkan
dari shalat seperti pahala bagi yang mendirikan dan siksaan terhadap
yang meninggalkannya. Dalam beberapa referensi, Quran juga menegaskan
shalat memiliki ruh dan esensi yang harus direalisir sehingga seorang
manusia mampu hidup dengan shalat dan shalat hidup dengannya. Sehingga
sepanjang hayat hidup bershalatlah.
Sumber : REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dr HM Harry Mulya Zein
Kamis, 24 Mei 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar